Tidak sedikit di antara kita yang menuliskan pada statusnya di FB: "
Tahajjud sudah, dzikir sudah, baca al-Qur'an sudah. Sekarang apalagi
ya?" Atau, ada lagi yang menuliskan bahwa dia sudah makan ini dan minum
itu untuk sahur, agar diketahui orang lain bahwa dia sedang mengerjakan
amal shalih puasa sunnah. Sebagian lagi ada yang berkata,"Mari kita
tengok diri kita masing-masing, apa yg sudah kita persembahkan untuk
Islam dan muslimin..." (seolah-olah ingin mengumumkan bahwa dirinya
telah mempersembahkan untuk Islam). Atau menulis komen yang menjelaskan
bahwa menyumbang ke sini sudah dan menyumbang ke sana sudah.
Subhanallah...!!
Wahai para hamba Allah yang sedang meniti jalan menuju Rabbnya,
janganlah luasnya rahmat dan ampunan Allah menjadikan kita merasa aman
dari siksa dan adzab-Nya. Janganlah kita merasa bahwa segala amalan yang
kita kerjakan pasti diterima oleh-Nya, siapakah yang bisa menjamin itu
semua?
Allah Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan
hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan
kembali kepada Rabb mereka." (QS 23: 60).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: "Maksudnya, orang-orang
yang memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima
amalannya, karena mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan
syarat-syaratnya." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/234)
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab: "Mereka
adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa
khawatir tidak diterima amalannya." (HR. Tirmidzi no. 3175, Ibnu Majah
no. 4198, Ahmad 6/159, Al-Hakim 2/393, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah no. 162).
Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam telah
memberikan permisalan tentang hangusnya (terhapusnya) amalan seorang
hamba.
Firman Allah Ta'ala:
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ
وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ
فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ
لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma
dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam
kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada
orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka
kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah.
Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu
memikirkannya." (QS 2: 266)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: "Allah membuat permisalan tentang
sebuah amalan." Umar bertanya: "Amalan apa?" Beliau menawab: "Amalan
ketaatan seorang yang kaya, kemudian Allah mengutus setan kepadanya
hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan
amalannya." (HR. Bukhari no. 4538. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, I/280).
Maka sudah selayaknya bagi kita untuk mengetahui apa saja sebab-sebab
yang dapat menghapuskan amal shalih sehingga kita pun bisa
menghindarinya.
Di antara sebab-sebab yang dapat menghapuskan amal shalih adalah:
1.Syirik Kepada Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa syirik akan menghapuskan seluruh amal shalih, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ
أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS 39: 65)
ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
" Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan." (QS 6: 88)
Aisyah radhiyallahu 'anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud'an yang mati
dalam keadaan syirik pada masa jahiliyah, akan tetapi dia orang yang
baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya
kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:
"Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak
pernah mengatakan: 'Wahai Rabbku, berilah ampunan atas
kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak." (HR. Muslim no. 214)
2. Riya'
Tidak diragukan lagi bahwa riya' membatalkan dan menghapuskan amalan
seorang hamba. Dalam sebuah hadits qudsi, (Allah berfirman):
"Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal
menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalannya dan
tandingannya." (HR. Muslim no. 2985)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik
kecil." Para sahabat bertanya: "Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?"
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'." (HR.
Ahmad 5/428, Baihaqi no. 6831, Baghawi dalam Syarhus Sunnah 4/201,
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951, Shahih
Targhib 1/120).
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata: "Ketahuilah bahwasanya
amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam. Ada kalanya
murni dipenuhi dengan riya', tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari
perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya
orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya' di hadapan manusia." (QS 4: 142). Lanjutnya lagi:
"Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi
riya' -tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak
bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari Allah
Ta'ala. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah akan tetapi
terkotori oleh riya'. (Taisir Aziz Hamid hal. 467).
Sekedar contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dg niat
semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh
orang lain bahwa dia sedang berpuasa: "Enaknya buka puasa pakai apa ya?"
Atau, ia "menulis di status FB-nya" bahwa ia telah melakukan amal
shalih ini dan itu agar diketahui orang banyak. Maka hanguslah amalnya.
3. Menerjang Apa yang Diharamkan Allah Ketika Sedang Sendirian
Berapa banyak di antara kita yang berani menerjang hal-hal yang dilarang
oleh Allah, utamanya ketika sedang sendiri dan merasa tidak ada yang
tahu, padahal telah mengetahui bahwa Allah Ta'ala adalah dzat Yang Maha
Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan Allah ketika sedang
sendirian, maka akan terhapus amalnya berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan
membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. Allah
menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran." Tsauban
radhiyallahu 'anhu bertanya: "Terangkanlah sifat mereka kepada kami
wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka." Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Mereka masih saudara kalian,
dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam
sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang
keharaman Allah." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4245, dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 505).
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Tidak diragukan lagi bahwa menyebut-nyebut amalan shalih dapat menghapuskan amal seorang hamba. Firman Allah Ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ
وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ
تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى
شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang
mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir." (QS 2: 264).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, tidak
disucikan-Nya, dan baginya ADZAB YANG PEDIH." Para sahabat bertanya:
"Terangkan sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, alangkah meruginya
mereka." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Mereka adalah
orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut
pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah
palsu." (HR. Muslim no. 106).
5. Mendahului Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Dalam Perintahnya
Maksudnya adalah, janganlah seorang muslim melakukan amalan yang tidak
diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab hal
itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya
amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan
Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS 49: 1)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak adaperintah dari kami maka tertolak." (HR. Muslim no. 1718)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Waspadalah anda dari
ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau
akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana Allah
berfirman: "Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan
mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada
permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya
yang sangat." (QS 6: 110). (Lihat majalah At-Tauhid, Jumadal Ula 1427
H).
6. Bersumpah Atas Nama Allah Tanpa Ilmu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu kala ada dua
orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah
satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah.
Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar
menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya:
'Berhentilah berbuat dosa!' Karena terlalu seringnya diingatkan,
temannya yang sering bermaksiat itu berkata: 'Biarkan aku begini. Apakah
engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?' Yang rajin
beribadah itu akhirnya berang dan berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan
mengampunimu!' Atau 'Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam
surga!!' Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di
sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah: 'Apakah
engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu
atas`apa yang ada di tangan-Ku?' Allah berkata kepada yang berbuat dosa:
'Masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku.' Dan Dia berkata
kepada yang rajin beribadah: 'Dan engkau masuklah ke dalam neraka!'
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada
di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan
dunia dan akhiratnya." (HR. Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishahihkan
oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad no. 8275. Lihat pula
al-Misykah no. 2347).
Dari Jundub radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda: "Ada orang yang berkata: 'Demi Allah, Allah tidak
akan mengampuni si fulan.' Maka Allah berkata: 'Siapa yang bersumpah
atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan, sungguh Aku telah
mengampuninya dan Aku membatalkan amalanmu!" (HR. Muslim no. 2621)
7. Membenci Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta'ala berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa
yang diturunkan Allah (Al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan
(pahala-pahala) amal-amal mereka." (QS 47: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa
Al-Qur'an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan,
karena alasan itu maka Allah menghapuskan amal-amal kebajikan yang
pernah mereka kerjakan. (Fathul Qadir 5/32).
8. Terluput Mengerjakan Shalat Ashar
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka
terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu." (HR. Bukhari, An
Nasaa-i dan Ibnu Majah)
9. Mendustakan Takdir
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Kalau seandainya Allah mengadzab penduduk langit dan bumi niscaya dia
akan mengadzabnya sedang Dia tidak sedikit pun berbuat dzalim terhadap
mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka niscaya rahmat-Nya lebih
baik dari amalan-amalan mereka. Seandainya seseorang menginfaqkan emas
di jalan Allah sebesar Gunung Uhud, tidaklah Allah akan menerima infaq
tersebut darimu sampai engkau beriman dengan takdir, dan ketahuilah
bahwa apa yang (ditakdirkan) menimpamu tidak akan menyelisihimu, sedang
apa yang (ditakdirkan) tidak menimpamu maka tida akan menimpamu, kalau
seandainya engkau mati dalam keadaan mengimanai selalin ini (tidak
beriman dengan takdir), niscaya engkau masuk neraka (Dikeluarkan oleh
Abu Dawud dan Ibnu Majah dan Ahmad, Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali
berkata: hadits ini shahih).
10. Mendatangi Pelayan Setan (Dukun/Orang Pintar/Tukang Ramal/Paranormal/Membaca Ramalan Bintang)
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
”Barangsiapa mendatangi tukang ramal kemudian menanyakan tentang
sesuatu, maka tidak diterima darinya shalat selama 40 hari." (HR.
Muslim)
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah untuk
menjauhi sebab-sebab yang dapat menghanguskan amal sebagaimana telah
dijelaskan di atas. Dan kita memohon kepada Allah agar amalan yang kita
kerjakan dinilai sebagai amalan yang shalih, yang diterima di sisi-Nya,
Allahumma amin.
Dari Abu Muhammad Herman
JANGAN KAU HANGUSKAN SENDIRI AMAL SHOLEHMU...!!
Posted by Muhammad Fhatur Rohman
Blog, Updated at: 00.44
0 komentar:
Posting Komentar